hari raya Kurban
bila kembali pada esensi tentang kurban, sebenarnya apa sih makna yang paling dasar dari hari raya kurban? begitu juga dengan memaknai idul adha itu sendiri, karena sangat ironis rasanya bila melihat kondisi yang terjadi di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang saat ini merayakan tentang hari raya Kurban, semuanya seakan-akan mabuk dengan keinginan-keinginan dan hasrat untuk menikmati daging-daging yang disembelih. semua manusia tampak seperti berevoria melihat sapi dan kambing disembelih.
masalahnya sob, jika kita mabuk dalam penyembelihannya saja, tapi tidak memahami makna dari peringatan hari raya idul adha tersebut, maka esensi dari kurban itu sendiri akan hilang dengan kesombongan manusia sebagai makhluk yang berkuasa di dunia yang bisa memperlakukan makhluk hidup lainnya dengan seenaknya.
oke kita analisis lagi deh secara logika tentang peristiwa kurban ini dengan logika, awalnyakan Nabi Ibrahim di perintahkan oleh Allah SWT untuk menyembelih anaknya yaitu Nabi Ismail, kemudian berkat kesabaran dan ketabahan Nabi Ibrahim dan Istrinya yang rela dengan ikhlas menyembelih anaknya dengan perintah Allah SWT, maka Allah akhirnya menyuruh Nabi Ibrahim untuk mengganti anaknya dengan menyembelih hewan kurban yaitu kambing.
nah sekarang jelaskan sob, bahwa inti dari peringatan dari kurban tersebut adalah keikhlasan dan ketulusan biar pahalanya sama dengan pahala yang di dapat oleh Nabi Ibrahim. tapi jika kita lihat pada kondisi dan situasi sekarang, lihat aja sob betapa banyak manusia akhirnya menyimpang dari esensi kurban tersebut, karena kurban dijadikan sebagai ajang mengangkat popularitas sob, akhirnya tanpa disadari manusia sekarang memiliki rasa pamrih yang sangat dahsyat sob. duh kalo difikir-fikir sebaiknya kita harus kembali sob pada esensi, jika kebaikan diselibkan dengan mengisi kepentingan mending insaf deh, masalahnya nantinya bukan pahala yang didapat, melainkan dosa sob.
lihat aja fenomena yang barusan terjadi sob, baru-baru ini seorang nenek tua mengorbankan dua kambing, tahun lalu katanya satu kambing, busyet tu nenek berprestasi banget dalam menebar kebaikan, tapi sayang sob, kebaikan nenek tersebut dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu dalam menarik popularitas, masalahnya tu nenek kenapa bisa masuk TV coba, karena aku takutnya nantinya akan banyak orang-orang kere di Negri ini berkorban hanya karena ingin masuk TV? maksudnya ngertikan sob aku mau bicara apa? ni cuma sekedar kegelisahan aja sih sob. karena untuk saat ini kalau aku lihat-lihat lagi ya sob, masyarakat Indonesia ini sangat latah dengan eksistensialis, atau bisa juga aku simpulkan haus terkenal, pengen masuk TV sehingga kadang-kadang banyak hal-hal yang gak penting juga akhirnya di siarkan di TV. lihat aja sob kasus-kasus sensasi yang diciptakan manusia biar terkenal dalam TV, mulai dari Polisi yang akhirnya masuk TV karena sensasi yang tidak penting dan Alhamdulillah sekarang sudah innalillahi di dunia TV, si dua perempuan yang merasa sok kembar yang juga telah berhasil mendoktrinisasi generasi ABG dengan cinta satu malam, bahkan terakhir-terakhir ini adalagi isu-isu tentang bahasa yang diperkosaisasi.
nah ni aku takut sob kalo si nenek penyumbang hewan kurban juga menjadi korban dari pihak kapitalis yang mementingkan sensasi. sori sob ngomongnya jadi banyak melantur kemana-mana, maksudnya karena isu ini masih hangat, aku hanya gelisah aja sob menyikapi dunia kita saat ini, seperti TV yang sudah tidak kreatif lagi menghadirkan tontonan yang banyak tidak mendidik dan berita TV yang lebih cendrung suka menggosib, intinya kalo kita ngomong-ngomong lagi masalah kurban dan maknanya ada ke ikhlasan tanpa menyelipkan keinginan-keinginan lebay sob, aku harap yang baca tulisan kegelisahan dari bagian petualangan hidup ini juga ikut merespon, makasih sebelumnya, karena udah pagi jadi nulisnya sampai disini dulu ya sob, ntar kapan-kapan kita sambung lagi. yang pasti hari raya kurban itu ketulusan dan sekaligus juga merayakan idul adha bagi mereka yang telah sukses menunaikan panggilan haji, tapi bukan penggila sensasi. yuks met bubuk ya...hoammmm.
masalahnya sob, jika kita mabuk dalam penyembelihannya saja, tapi tidak memahami makna dari peringatan hari raya idul adha tersebut, maka esensi dari kurban itu sendiri akan hilang dengan kesombongan manusia sebagai makhluk yang berkuasa di dunia yang bisa memperlakukan makhluk hidup lainnya dengan seenaknya.
oke kita analisis lagi deh secara logika tentang peristiwa kurban ini dengan logika, awalnyakan Nabi Ibrahim di perintahkan oleh Allah SWT untuk menyembelih anaknya yaitu Nabi Ismail, kemudian berkat kesabaran dan ketabahan Nabi Ibrahim dan Istrinya yang rela dengan ikhlas menyembelih anaknya dengan perintah Allah SWT, maka Allah akhirnya menyuruh Nabi Ibrahim untuk mengganti anaknya dengan menyembelih hewan kurban yaitu kambing.
nah sekarang jelaskan sob, bahwa inti dari peringatan dari kurban tersebut adalah keikhlasan dan ketulusan biar pahalanya sama dengan pahala yang di dapat oleh Nabi Ibrahim. tapi jika kita lihat pada kondisi dan situasi sekarang, lihat aja sob betapa banyak manusia akhirnya menyimpang dari esensi kurban tersebut, karena kurban dijadikan sebagai ajang mengangkat popularitas sob, akhirnya tanpa disadari manusia sekarang memiliki rasa pamrih yang sangat dahsyat sob. duh kalo difikir-fikir sebaiknya kita harus kembali sob pada esensi, jika kebaikan diselibkan dengan mengisi kepentingan mending insaf deh, masalahnya nantinya bukan pahala yang didapat, melainkan dosa sob.
lihat aja fenomena yang barusan terjadi sob, baru-baru ini seorang nenek tua mengorbankan dua kambing, tahun lalu katanya satu kambing, busyet tu nenek berprestasi banget dalam menebar kebaikan, tapi sayang sob, kebaikan nenek tersebut dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu dalam menarik popularitas, masalahnya tu nenek kenapa bisa masuk TV coba, karena aku takutnya nantinya akan banyak orang-orang kere di Negri ini berkorban hanya karena ingin masuk TV? maksudnya ngertikan sob aku mau bicara apa? ni cuma sekedar kegelisahan aja sih sob. karena untuk saat ini kalau aku lihat-lihat lagi ya sob, masyarakat Indonesia ini sangat latah dengan eksistensialis, atau bisa juga aku simpulkan haus terkenal, pengen masuk TV sehingga kadang-kadang banyak hal-hal yang gak penting juga akhirnya di siarkan di TV. lihat aja sob kasus-kasus sensasi yang diciptakan manusia biar terkenal dalam TV, mulai dari Polisi yang akhirnya masuk TV karena sensasi yang tidak penting dan Alhamdulillah sekarang sudah innalillahi di dunia TV, si dua perempuan yang merasa sok kembar yang juga telah berhasil mendoktrinisasi generasi ABG dengan cinta satu malam, bahkan terakhir-terakhir ini adalagi isu-isu tentang bahasa yang diperkosaisasi.
nah ni aku takut sob kalo si nenek penyumbang hewan kurban juga menjadi korban dari pihak kapitalis yang mementingkan sensasi. sori sob ngomongnya jadi banyak melantur kemana-mana, maksudnya karena isu ini masih hangat, aku hanya gelisah aja sob menyikapi dunia kita saat ini, seperti TV yang sudah tidak kreatif lagi menghadirkan tontonan yang banyak tidak mendidik dan berita TV yang lebih cendrung suka menggosib, intinya kalo kita ngomong-ngomong lagi masalah kurban dan maknanya ada ke ikhlasan tanpa menyelipkan keinginan-keinginan lebay sob, aku harap yang baca tulisan kegelisahan dari bagian petualangan hidup ini juga ikut merespon, makasih sebelumnya, karena udah pagi jadi nulisnya sampai disini dulu ya sob, ntar kapan-kapan kita sambung lagi. yang pasti hari raya kurban itu ketulusan dan sekaligus juga merayakan idul adha bagi mereka yang telah sukses menunaikan panggilan haji, tapi bukan penggila sensasi. yuks met bubuk ya...hoammmm.
Komentar
Posting Komentar