Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2019

Teater Anak

Saya bersyukur sempat beberapa kali diberikan kesempatan menjadi pemateri teater untuk anak2. Alhmdulillah berjalan lancar dan sukses. Pertanyaannya dimanakah letak kesuksesaannya membangun teater untuk anak? Jawabannya jelas, jadikan teater sebagai tempat yang menyenangkan bagi mereka untuk berkumpul dan belajar banyak hal. Jika fokusnya belajar teater ya sudah buat teater yang bisa menjadi hiburan. Minimal mereka sendiri terhibur terlebih dahulu. Mereka bisa saling mengevaluasi teman2nya, saling mengemukakan pendapat dan saling bekerja sama untuk memberikan pertunjukan yang terbaik. Meskipun pada akhirnya waktu pementasan berlangsung semua yang dilatihkan buyar, sebab mereka malu karena di tertawakan oleh temannya. Bagi saya hal ini tidak masalah, karena toh teater itu adalah proses. Kemarin saya juga mendapatkan kado dari hasil workshop yang saya lakukan yaitu: "Seorang guru berkata, saya bersyukur dan bahagia mas katanya, kenapa Buk tanya saya? Saya senang melihat anak itu

Merawat Tradisi

Tulisan saya kali ini tentu saja belum membahas tradisi secara teori, etimologi dan gi gi yang lain. Pada kesempatan ini saya hanya ingin mengingatkan diri saya sendiri dan semoga ini juga bisa mengingatkan orang lain. Salah satu Tradisi yang hilang saat ini adalah berkomunikasi yang baik, terutama di media sosial saat  ini. Menjelang Pilpres saat ini bahkan kita sering membaca kalimat hujat dan caci. Padahal seharusnya, bagi mereka yang sudah bermain media sosial dianggap orang yang pandai, minimal tingkat intelektualnya ada, sebab pandai baca dan mengetik hurug menyusun kata. Tapi sayang banyak yang tidak ingat lagi, bagaimanakah cara berkomunikasi yang baik. Padahal sebagai bangsa yang besar seharusnya masyarakatnya juga berjiwa besar, dan hampir seluruh rakyat indonesia adalah manusia tradisi, yang juga kehidupannya seharusnya masih berpijak pada tradisi. Pertanyaannya, bagaimanakah sebenarnya berkomunikasi sesuai etika tradisi masing2? Tentu saja hanya orang2 yang sadar akan tr

Cebong bertanya?

Pernah gak sih berfikir kalo cebong bertanya apa salahnya? Karena akhir2 ini manusia selalu membawanya dalam kalimat sindiran yang juga untuk membuly orang lain. Cebong juga dikaitkan dalam hinaan akan kebodohan. Padahal cebong itu bermetamorfosis menjadi kodok. Pada intinya ada proses perubahan pd dirinya. Tapi si cebong tanya, mengapa urusan politik manusia bawa2 cebong untuk saling menghina. Jujur saya juga menyarankan pada Manusia untuk tidak  lagi saling menghina membawa nama2 cebong, nah kira2 kalo mau diganti untuk menghina orang lain, bisa gak dengan kata2 tanpa menggunakan kata Cebong? Kira2 gantinya apa ya? Tunggu Monolog saya, cebong dan Kampret menggugat manusia.

Kampret

Kenapa slama ini istilah kampret begitu membumi untuk senjata membuly bagi sebagian orang? Krena secara logika kampret itu tidurnya terbalik, jadi otaknya terisi oleh taiknya sendiri. Terus kampret itu aktifnya malam hari, disaat orang sudah pada tidur si kampret ini malah beraktivitas, nah ini menjadi sindiran bagi orang yang dinyatakan sebagai Kampret. Menurut saya stop menggunakan istilah kampret bagi orang lain. Sebab Allah SWT tidak suka jika makhluk ciptaannya yang indah harus diganti menjadi kampret. Oke sampai disini mungkin netizen punya istilah bary sebagai kata pengganti Kampret?