surat untuk Gusdur



PERS RELEASE NASKAH 100 HARI MU, 100 HARI KU dalam Rangka Peringatan 100 Hari Wafatnya Kiai H, Abdur Rahman Wahid
Oleh : Roci Marciano
Aktor, director dan penulis Naskah drama dan teater.


Sebuah karya monolog yang ditulis oleh Roci Marciano, disutradarai dan dimainkan sendiri lewat permainan “one man play”(hanya sebuah istilah dalam pementasan monolog).
Mencoba mengenang Gusdur bukan hanya lewat tahlilan saja, meskipun bagi sebagian orang hal itu mungkin wajib, sunah maupun penting. Akan tetapi dalam pementasan kali ini, actor mencoba mengulang-ulang lagi ajaran yang mungkin dianggap sebagian orang usang, seperti ; ada 3 hal yang dibawa orang ketika ia meninggal dunia. Yaitu ; - Doa anak yang sholeh, - ilmu yang bermanfaat, - zakat atau amal ibadah dalam bentuk sedekah atau amal zahirriah. Untuk hal ini Gusdur mungkin telah melewati kuota, atau bahkan sudah melampauwi batas atau lebih. Namun disini penulis tetap akan menyampaikan kebaikan Gusdur tersebut. Juga sedikit menyindir budaya bangsa kita, atau orang-orang di negri ini. Yaitu selalu saja kalau orang yang berpegaruh atau seorang tokoh yang meninggal, apa bila ia tokoh penting maka mulai dari ujung ke-ujung akan membicarakannya, yang solah-olah yang paling peduli terhadap kepergian almarhum tersebut. Dengan membuat acara segala macalah demi mengenangnya, seperti pemberian tanda jasa dan sebagainya. Koreksinya, kenapa tidak selama beliau hidup, segala bentuk keramahan itu diberikan kepada beliau sebagai ungkapan terimakasih atas pengabdiannya sebagai warga Indonesia putra bangsa yang baik dan bermanfaat bagi khalayak banyak.
            Hal inilah yang mendasari penulis berdasarkan kegelisahan terhadap realita kehidupan di indonesisa ini, sehingga muncul lah sebuahinspirasi untuk membuat naskah monolog, 100 hari mu, 100 hari ku.
Apakah benar 100 hari kepergian gusdur, 100 perubahan dalam kebaikan bagi bangsa Indonesia, Apakah benar 100 hari wafatnya Gusdur, 100 pemimpin menemukan jati dirinya, Apakah benar dengan 100 hari meninggalnya Gusdur, menjadi 100 abad kekal ajarannya, Apakah benar dengan 100 hari wafatnya Gusdur, 100 hari pula kehancuran bangsa ini “wallahu Allam”.
100 hari kepergian Gusdur, bukan hanya untuk dikenang dan diperingati saja, akan tetapi dengan 100 hari kepergian Gusdur paling tidak 100 kebaikan berkat ajaran Gusdur, tertanam di hati bangsa Indonesia.
            Dengan mengenang 100 hari Gusdur, aling tidak membekaskan 100 pikir yang tertanam di otak manusia khususnya masyarakat Indonesia. Karena Gusdur adalah orang yang multi Fikir yang layak dijadikan contoh tauladan yang baik. 100 hari Gusdur juga harus membekas didada murid-muridnya, yaitu 100 kebijaksanaan berjiwa lapang, dan berfikir 100 kali sebelum bertindak meskipun hanya sekali. Karena didalam hidup dibutuhkan sedikit kebijaksanaan, meskipun kata sedikit itu kadang-kadang bermakna ganda atau besar. Buktinya, kenapa saya berkata begini, yang membekas dalam benak saya ketika mengenang Tokoh gusdur adalah Beliau memakai celana Color ketika lengser menjadi presiden, karena beliau juga bahwa agama konghucu resmi menjadi agama yang sah di Indonesia dalam ikatan Bhineka tunggal ika.
            Hal ini membuktikan beliau sangat tidak begitu hiforia terhadap gemerlap dunia. Beliau hiduppun sudah mengandung nilai filosofi hal ini harusnya menjadi spirit dan motifasi bgi generasi penerus bangsa Indonesia, karena beliau yang hanya duduk dikursi roda bisa menjadi pemimpin sebuah Negara mengabdi dan berjuang demi kesejahteraan rakyat Indonesia. Hal inilah yang seharusnya menjadi cermin dan contoh bagi para koruptor bangsa ini paling untuk bertobat dan segera mengambil langkah dan jalan seperti apa yang telah gusdur lakukan. Yaitu lakukan segalanya dengan sungguh-sungguh dan penuh ikhlas dan ketulusan. Abdikan diri mu demi rakyat bangsa dan Negara mu, sebelum ajal menjemput mu. 





By: Aktor, penulis Naskah, sutradara dan performer
Cp: 085743061051







Komentar

Postingan populer dari blog ini

kritik aktor